Gelap, gelap sekali disini. Dimana aku sekarang,
“Hallo … ada seseorang disini?” aku berteriak sekuat tenaga tapi
satu-satunya suara yang terdengar adalah pantulan gema teriakanku. Sudah
kuulangi hal ini beberapa kali tanpa ada perubahan.
Sudahlah, aku
menyerah. Kakiku terasa sudah tidak mampu lagi menahan badan yang
melemah karena ketakutan ini. Tiba-tiba terdengar suara rintihan
seseorang, rintihan yang amat pedih. Kuikuti asal suara tersebut, dari
bayang-bayang kegelapan sesosok wanita berambut panjang terurai duduk
bersimpuh, aku tidak begitu jelas melihat wajahnya karena rambut
panjangnya hampir menutupi wajah keseluruhan kecuali mulutnya yang
gemetar ketakutan, sepertinya ia mulai membuka mulutnya,
“Tolong
aku, aku mohon dengan sangat …”
“Jadi apa yang bisa kulakukan
untukmu?”
“Aku telah mati, dan yang aku inginkan adalah …”
“Nahhh tunggu sebentar, jadi kau sudah mati, lalu …” seketika aku
memotong kalimatnya karena terkejut mendengar seseorang mengatakan “aku
telah mati”.
“Tunggu, jangan pergi. Aku mohon, tolong aku, kuburkan
mayatku dengan layak, aku tidak ingin terus menerus seperti ini, aku
tidak ingin membuat seluruh keluargaku khawatir”.
“Oh astaga,
apa-apaan sih ini” aku mengeluh dan menepuk jidatku.
“Aku mohoonn …”
ia mengatakannya diiringi rintihan tangisan, tepat di lantai bawah
kepalanya ada genangan air semerah darah yang terus bertambah tetes-demi
tetes, dan asalnya ternyata dari wajah wanita di depanku. Ia, menangis
darah, eh?
“Ugghhh, baiklah. Apa yang harus kulakukan? Bahkan
mayatmu dimana aku tidak tahu”.
“Hihi, itu mudah. Pagi-pagi sekali
kutunggu di depan rumah kamu, nanti biar kutunjukkan jalannya. Bisa,
kan? Baiklah aku tunggu ya”.
Dan ia menghilang, genangan darah tadi
juga lenyap.
Seketika aku membuka mata, ternyata aku berada di
tempat tidurku. Semuanya terlihat normal, aku masih bisa merasakan semua
anggota badanku, jam dinding telah menunjukkan pukul 5 pagi.
“Nah,
jadi semua hal barusan hanya mimpi, eh? Baiklah kembali tidur, sekarang
kan hari minggu, ahh”.
Ketika aku hendak memejamkan mata, teringat
kalimat terakhir wanita yang kutemui dalam mimpiku tadi, “Pagi-pagi
sekali kutunggu di depan rumah kamu ya”.
Biarlah, kan hanya mimpi,
tapi apa salahnya juga melihat benar tidaknya. Aku melangkah keluar
rumah, keadaan disana masih sangat sepi, maklum lah masih jam segini,
aku menengok ke kanan, kiri, setiap sudut.
“Tidak ada siapapun, eh?”
aku bergumam dan akan kembali ke dalam rumah ketika suara seseorang
menghentikan langkahku.
“Hay, kamu bersedia membantuku ya? Bagus
deh”. Dari suaranya sepertinya ia adalah wanita dalam mimpiku semalam,
tapi tidak ada siapapun di sekitar sini.
“Huh, kau dimana? Tunjukkan
wujudmu, bagaimana aku bisa membantumu kalau bahkan aku tidak bisa
melihatmu”.
Sosok wanita yang tak asing tiba-tiba muncul di
sampingku.
“Maaf aku tidak langsung menunjukkan wujudku, aku takut
kamu seperti beberapa orang yang sebelumnya, mereka langsung berlari
ketakutan setelah melihatku”.
“Ohh baiklah. Tapi sebentar,
setidaknya biarkan aku cuci muka terlebih dulu sebelum pergi, masih
berat nih mata”.
Sambil melangkah ke kamar mandi aku berpikir
sebentar, kok aku mau sih dimintai tolong seseorang yang baru kenal?
Tapi biarlah, apa buruknya membantu seseorang, hmm atau mungkin hantu,
eh?
“Hmm, apa bukan masalah kau berjalan di tempat umum seperti
ini”? tanyaku di tengah perjalanan.
“Tak usah dipikirkan, hanya kamu
yang bisa melihatku”.
“Oh, bagus deh. Eh kalau boleh tahu, penyebab
kematianmu apa?” aku coba membuka pembicaraan.
“Jadi begini,
kejadian ini dimulai tiga hari yang lalu. Hari itu aku sedang lembur
kerja, baru pulang sekitar pukul 12 malam. Aku terpaksa pulang dengan
berjalan kaki karena biasanya aku dijemput suamiku, tapi saat itu ia
sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya aku sangat takut karena
akhir-akhir ini di surat kabar sering muncul penganiayaan yang dilakukan
tengah malam oleh germbolan anak remaja yang mabuk. Malam semakin
larut, bulu kudukku merinding, kudengar dari kejauhan gelak tawa
beberapa orang, semakin mendekat dan mendekat. Kedengarannya suara
tersebut berasal dari belakang, tapi aku terlalu takut untuk melihatnya.
Tiba-tiba gelak tawa tadi berubah menjadi teriakan yang lantang,
‘Hallo, ada siapa di depan sana, kawan?’, ‘Dilihat dari sini sih
kayaknya cewek tuh, hay-hay main bareng sini yuk’. Tanpa menoleh ke
belakang aku langsung berlari sekuat tenaga. Aku tidak tahu kemana
tujuanku, aku hanya berlari dan berlari sambil memejamkan mata hingga
langkahku terhenti karena tidak ada tanah tempatku berpijak. Aku tidak
menginjak tanah lagi, aku mengambang di udara, tepat di atas jurang
tengah hutan, pertama aku tidak ingin percaya bahwa aku telah mati. Tapi
aku terpaksa harus meyakininya karena aku melihat jasadku sendiri di
bawah sana, dengan kondisi sekujur tubuh dipenuhi luka benturan dan
kepala berlumuran darah.
Mulai hari itu aku menjadi hantu
gentayangan karena jasadku tidak dikuburkan secara wajar, aku berjalan
tak tentu arah. Di tengah perjalananku aku bertemu arwah lain, ia
memberitahuku bagaimana agar aku bisa beristirahat dengan tenang, yah
mulai dari aku minta tolong padamu lewat mimpimu.
Baiklah, sudah
sampai” ia berhenti di depan sebuah rumah besar berpagar kuning, di
serambi depan duduk seorang pria tengah baya dengan wajah sangat muram.
“Disini tempat aku tinggal saat masih hidup. Pria yang duduk di serambi
sana adalah suamiku. Cukup katakan padanya bahwa aku sudah meninggal
dan beritahu dia tempat jasadku berada. Biar dia saja yang membawa
pulang jasadku, aku sudah cukup merepotkanmu”.
“Ohh baiklah” aku
masuk ke rumah besar tadi dan mencoba menjelaskan sebaik mungkin kepada
pria yang duduk di serambi rumahnya, awalnya ia sangat terpukul
mendengarnya, aku sudah berusaha membuatnya tenang. Akhirnya dia pun
sudah membaik dan memintaku untuk datang ke acara pemakaman istrinya.
Keesokan harinya aku telah berada di pemakaman wanita kemarin. Kulihat
ia berdiri di antara orang-orang yang menghadiri pemakaman. Ia tersenyum
padaku dan mengatakan,
“Ah iya, aku belum memberitahu siapa namaku
ya? Namaku Rini, terimakasih ya bantuannya kemarin. Eh sebelum aku
pergi, kuberitahu kamu satu hal, setiap kali kamu membantu arwah yang
tersesat, kamu mendapat kekuatan dari alam sana, mungkin yang sekarang
dapat kamu gunakan adalah mantra Level 1 power, Invicible. Cobalah
kapan-kapan, dan mungkin setelah ini akan banyak arwah tersesat yang
meminta bantuanmu, sudah ya selamat tinggal”, ia seketika lenyap menjadi
asap dan pudar.
(To b continued ...)
by: Yayak